Sepi ...
Tak pernah aku mau mengerti
Aku memang tahu ombak tak pernah meninggalkan pantai
Sejauh apa ia pergi berjalan untuk kembali. Itu pasti!
Serpihan kisah yang pernah kuukir, terasa mati
perlahan memudar dan lalu pergi...
Aku tak mau mengerti bagaimana kisah ini kumulai
Itu karena memang tak pernah ingin kuakhiri
Aku selalu percaya selembar daun yang jatuh tak pernah menyalahkan angin
Juga kupercaya, Tuhan menciptakan langit untuk temani matahari
Tak ingin kuresahkan tentang ini
Tidakkah kau tahu? bahwa sebuah kematian lebih indah dari pada harus menghadapi rasa sepi
Bahkan dalam sebuah kematian masih ditemani sesosok jiwa suci
Aku tak sedang merindu, siapa atau apa ...
Juga tak sedang merengek tentang sesuatu yang hampa
Aku merasa masih berjalan namun tak kutahu arahnya
Seperti aku yang berjalan, aku yang tersesat
Seperti angin utara yang bergrak lurus ke depan dan tersadar di tenggara
Lantas aku memilih berhenti, tak satu nafaspun kuhela.
Berharap angin yang tersesat akan merasa lelah dan berhenti sejenak
Kemudian ia kan kusapa dengan mesra
Namun perlahan kusadari itu sebuah dusta
Angin tak pernah mau berhenti walau untuk sekedar menyapa
Seperti Tuhan ciptakan sunyi untuk temani sang sepi
Seperti kumpulan asap yang melayang karena api
Tidak ada komentar:
Posting Komentar